Selasa, 27 Januari 2015

Akuntansi Piutang

Akuntansi Piutang

Akuntansi Piutang

  1. PENGERTIAN PIUTANG
    Piutang merupakan klaim (hak untuk mendapatkan) uang dari entitas lain. Piutang juga disebut tagihan atau receivable. Menurut bukti pendukungnya piutang dapat dikelompokkan menjadi:
    1. Piutang Wesel/Notes Receivable atau Wesel Tagih, yaitu tagihan yang didukung oleh instrument kredit resmi seperti Promes. Promes adalah janji tertulis untuk membayar uang pada tanggal tertentu tanpa syarat.
    2. Piutang Usaha Biasa yaitu tagihan yang didukung oleh bukti usaha biasa biasa seperti faktur atau bukti bahwa perusahaan telah menjual barang/jasa ke fihak yang berhutang (debitur).
  1. PIUTANG WESEL
    Piutang Wesel adalah piutang yang didukung instrument kredit resmi seperti promes. Promes adalah janji tertulis untuk membayar uang pada tanggal tertentu tanpa syarat. Contoh adalah:
  2. AKUNTANSI WESEL TAGIH/PIUTANG WESEL
    Akuntansi untuk wesel dapat dibagi menjadi akuntansi pada saat timbulnya, saat jatuh tempo atau saat piutang ini dijual.
    1. Akuntansi saat timbulnya piutang wesel
      Wesel dapat timbul karena menjual barang secara kredit atau bias juga timbul karena perusahaan memberi pinjaman.
      1. Menjual barang/jasa secara kredit. Misalkan perusahaan menjual jasa secara kredit dan perusahaan menerima promes senilai Rp 1.000.000,00 maka jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2006 Jan 2 Piutang Wesel Penjualan 1.000.000 1.000.000
  1. Terdapat piutang yang sudah jatuh tempo. Misalkan perusahaan pada tanggal 2 Januari 2006 menjual jasa secara kredit dan jatuh tempo 2 Februari 2006. Pada tanggal 2 Januari 2006 perusahaan menerima promes senilai Rp 1.000.000,00 bunga 12% jatuh tempo 2 Mei 2006 sebagai pelunasan tagihan tersebut, maka jurnal yang yang dibuat adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2006 Jan 2 Piutang Wesel Piutang 1.000.000 1.000.000
  1. Akuntansi pada saat jatuh tempo. Mestinya pada tanggal jatuh tempo perusahaan akan menerima uang sebesar nilai nominal wesel dan bunganya. Tapi kadangkala debitur tidak sanggup membayar.
    1) Pada saat jatuh tempo debitur membayar, maka jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2006 Mei 2 Kas Piutang Wesel
Pendapatan Bunga
1.030.000 1.000.000
30.000
2) Pada saat jatuh tempo debitur tidak membayar, jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2006 Mei 2 Piutang Piutang Wesel
Pendapatan Bunga
1.030.000 1.000.000
30.000
  1. Menjual Wesel Tagih
    Sebelum jatuh temponya, suatu piutang wesel dapat dijual atau didiskontokan. Misalkan sebuah wesel sebagaimana tersaji pada angaka 2 diatas yang jatuh tempo pada tanggal 14 Juni 2006 dijual oleh PT ABC ke Bank Amanah pada tanggal 15 Mei 2001 dengan discount 10% setahun. Untuk menentukan jumlah yang diterima PT ABC, dibuat perhitungan sebagai berikut:
    Nominal piutang                            $2,500.00
    Bunga 16 Maret s.d. 14 Juni 2006=2,500 x 12% x 90/360         75.00
    Nilai pada jatuh tempo                         2,575.00
    Discount: 2,575 x 10% x 30/360                     21.46
    Jumlah yang diterima                         2,553.54
    Perhitungan hari bunga:
    Maret    = 15 hari
    April    = 30 hari
    Mei        = 31 hari
    Juni    = 14 hari
    90 hari
    Perhitungan hari discount:
    Mei        = 16 hari
    Juni    = 14 hari
    30 hari
    Untuk membuat jurnal pada tanggal penjualan perllu dibandingkan antara nilai nominal wesel dengan hasil penjualan. Jika hasil penjualan lebih besar daripada nilai nominal, maka selisihnya merupakan pendapatan bunga. Sebaliknya jika hasil penjualan lebih kecil daripada nilai nominal maka selisihnya dicatat sebagai beban bunga. Dengan demikian jurnal untuk mencatat transaksi tanggal 15 Mei 2006 adalah sebagai berikut:
Tgl. Akun Debet Kredit
2006 Mei 2 Kas Piutang Wesel
Pendapatan Bunga
2,553.54 2,500.00
53.54
Jika saat jatuh tempo, debitur membayar ke bank, PT ABC tidak menjurnal. Tetapi jika pada saat jatuh tempo, debitur tidak sanggup membayar dan bank menagih pada PT ABC sebesar $2,575, maka jurnal yang dibuat PT ABC adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2006 Juni 14 Piutang Kas 2,575 2,575
  1. PIUTANG USAHA BIASA
    1. Timbulnya piutang dan akuntansinya
      Piutang dapat timbul karena menjual barang/jasa atau karena perusahaan memberi pinjaman ke perusahaan lain. Umumnya piutang dicatat pada saat timbulnya yaitu setelah perusahaan menyerahkan baran/jasa yang dijual.
      1. Penjualan barang/jasa
        Jika perusahaan menjual jasa secara kredit, misalkan perusahaan pada tanggal 5 Januari 2006 telah menjual jasa sebesar Rp 5.000.000,00. Karena perusahaan sudah menyerahkan jasa, maka perusahaan dapat mengakui piutang dan pendapatan jasa dengan membuat jurnal sebagai berikut:
Tgl. Akun Debet Kredit
2006 Jan 5 Piutang Usaha Pendapatan Usaha 5.000.000 5.000.000
  1. Pemberian Pinjaman
    Piutang juga dapat timbul karena perusahaan memberi pinjaman uang pada perusahaan lain. Misalnya pada tanggal 15 Januari 2006 PT Angkasa Pura II telah memberi pinjaman kepada pegawai sebesar Rp 500.000,00 maka jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2006 Jan 15 Piutang Pegawai Kas 500.000 500.000
  1. Kerugian Piutang
    Piutang memiliki resiko tidak tertagih sehingga timbul kerugian. Terdapat dua metode dalam akuntansi kerugian piutang, yaitu:
    1. Metode Langsung
      Jika metode ini yang digunakan, perusahaan tidak membentuk cadangan. Jika ada piutang yang dihapus, Kerugian Piutang didebet, dan rekening Piutang dikredit. Saldo rekening Kerugian Piutang pada akhir tahun disajikan dalam Laporan Laba Rugi.
    2. Metode Cadangan/Penyisihan
      Jika metode ini yang digunakan perusahaan pertama-tama membentuk cadangan atau penyisihan kerugian piutang dengan mendebet Beban Kerugian Piutang dan mengkredit Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang. Pada akhir tahun, saldo rekening Beban Kerugian Piutang disajikan dalam Laporan Laba Rugi, sedangkan saldo rekening Penyisihan disajikan di neraca sebagai pengurang Piutang.
      Jika ada piutang yang dihapus, perusahaan tidak mengakui kerugian, sebab kerugian sudah diakui pada saat membentuk cadangan. Perusahaan mengurangi Cadangan dengan mendebet rekening Cadangan dan mengkredit rekening Piutang.
      Jika banyak penghapusan piutang, saldo Cadangan dapat habis, oleh karena itu setiap akhir tahun Cadangan disesuaikan. Jadi pencatatan kerugian piutang dilakukan pada saat:
  • pembentukan Cadangan; dan
  • penyesuaian saldo Cadangan.
Berikut ini contoh ikhtisar akuntansi kerugian piutang dengan metode Cadangan:
  1. Pada tanggal 31 Desember 2005 dibentuk cadangan kerugian piutang Rp 5.000,00
  2. Pada tanggal 19 September 2006 dihapuskan piutang sebesar Rp 3.000,00
  3. Pada tanggal 14 Desember 2006 diterima piutang yang telah dihapus Rp 2.500
Transaksi Jurnal
Membentuk Cadangan Beban Kerugian Piutang Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang 5.000 5.000
Menghapus Piutang Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang Piutang 3.000 3.000
Menerima Piutang yang telah dihapus Piutang Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang 2.500 2.500
Kas Piutang 2.500 2.500
Menyesuaikan akun Cadangan Pada akhir tahun dilakukan penyesuian berdasarkan:
  1. Penjualan b. Saldo Piutang
c. Menyesuaian saldo rekening Cadangan Kerugian Piutang
1) Dasar Penjualan
Pertama, tentukan besarnya penjualan kredit selama setahun, jika tidak ada data gunakan total penjualan selama satu periode. Besarnya taksiran kerugaian ditentukan dengan mengalikan % kerugian dengan penjualan tersebut, lalu dijurnal. Misalkan penjualan kredit selama tahun 2005 sebesar Rp 1.000.000.000,00 dan ditaksir kerugian piutang adalah 5% x Rp 1.000.000.000,00 = Rp 50.000.000,00. Jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2005 Des 31 Beban Kerugian Piutang Penyisihan Ker. Piutang 50.000.000 50.000.000
2) Dasar Piutang
Terdapat tiga langkah yang harus dilakukan, yaitu:
  1. Menentukan besarnya taksiran kerugian piutang;
  2. Membandingkan taksiran kerugian piutang dengan saldo rekening Cadangan/Penyisihan;
  3. Membuat jurnal jika hasil perbandingan pada poin b tidak sama.
Langkah pertama:
Untuk menentukan besarnya taksiran kerugian piutang dikemudian hari, dapat didasarkan pada: (1) Total piutang pada akhir tahun, atau (2) Umur masing-masing tagihan.
  1. Didasarkan pada Total Piutang
    Caranya dengan mengalikan total piutang dari rekening “Piutang” dengan % yang telah ditetapkan. Misalnya dari PT ABC diperoleh data sebagai berikut dan taksiran kerugaian piutang adalah 15% dari total piutang.
DEBITUR JUMLAH TGL FAKTUR TGL JATUH TEMPO
PT A 2.000 20/12/2005 20/01/2006
PT B 2.500 15/10/2005 15/11/2005
PT ABC 1.000 15/11/2005 15/12/2005
PT X 3.000 3/10/2005 3/11/2005
PT Y 2.500 3/7/2005 3/8/2005
PT Z 1.000 3/8/2005 3/9/2005
JUMLAH 12.000

Taksiran kerugian piutang = 15% x Rp 12.000,00 = Rp 1.800,00.
  1. Didasarkan pada Umur Piutang
    Caranya hampir sama, namun saldo rekening piutang dianalisis terhadap tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo, kemudian dikelompokkan menurut umurnya. Kemudian saldo masing-masing kelompok piutang dikalikan dengan prosentase yang telah ditetapkan berdasarkan pengalaman. Cara menentukan umur piutang dapat dicari (a) dari tanggal faktur ke 31 Desember atau (b) dari tanggal jatuh tempo ke 31 Desember.
    1. Umur piutang dihitung dari tanggal jatuh tempo ke tanggal 31 Desember
      Karena ada kemungkinan terdapat piutang yang belum jatuh tempo maka biasanya pengelompokannya meliputi piutang yang belum jatuh tempo dan yang sudah lewat waktu. Misalkan prosentase kerugian ditaksir sebagai berikut:
Umur Piutang % Taksiran Kerugian Piutang
Belum jatuh tempo 10%
Lewat waktu s.d. 30 hari 15%
Lewat waktu lebih dari 30 hari 20%
Untuk mempermudah menentukan besarnya taksiran kerugian dibuat daftar umur piutang sebagai berikut:
Nama Debitur Jumlah Belum Jatuh Tempo Lewat s.d 30 Hari Lewat Waktu > 30 Hari
PT A 2.000 2.000

PT B 2.500

2.500
PT ABC 1.000
1.000
PT X 3.000

3.000
PT Y 2.500

2.500
PT Z 1.000

1.000
Jumlah 12.000 2.000 1.000 9.000
% Penyisihan
10% 15% 20%
Jumlah Penyisihan 2.150 200 150 1.800
  1. Umur piutang dihitung dari tanggal faktur ke tanggal 31 Desember
    Karena umur piutang dihitung dari tanggal faktur, maka biasanya pengelompokan umur piutang berdasarkan jumlah hari. Misalkan prosentase kerugian ditaksir sebagai berikut:
Umur Piutang % Taksiran Kerugian Piutang
s.d. 30 hari 10%
31 s.d. 60 hari 15%
lebih dari 60 hari 20%
Untuk mempermudah menentukan besarnya taksiran kerugian dibuat daftar umur piutang sebagai berikut:
Nama Debitur Jumlah s.d. 30 hari 31 s.d. 60 hari Lebih dari 60 hari
PT A 2.000 2.000

PT B 2.500

2.500
PT ABC 1.000
1.000
PT X 3.000

3.000
PT Y 2.500

2.500
PT Z 1.000

1.000
Jumlah 12.000 2.000 1.000 9.000
% Penyisihan
10% 15% 20%
Jumlah Penyisihan 2.150 200 150 1.800
Langkah kedua:
Membandingkan antara jumlah taksiran kerugian piutang yang telah dihitung dengan saldo rekening Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang. Dari perbandingan ini akan ada 4 kemungkinan, yaitu:
  1. Rekening Cadangan bersaldo Kredit yang sama dengan taksiran kerugian piutang hasil perhitungan, tidak ada penyesuaian.
  2. Rekening Cadangan bersaldo Kredit lebih kecil dari taksiran kerugian piutang hasi perhitungan, perlu ditambah dengan membuat jurnal penyesuaian.
  3. Rekening Cadangan bersaldo Kredit lebih besar dari taksiran kerugian piutang hasil perhitungan, perlu dikurangi dengan membuat jurnal penyesuaian.
  4. Jika Cadangan bersaldo debet, berarti Cadangan yang dihitung tahun lalu kurang, sehingga rekening Cadangan harus dikredit sejumlah saldo debet ditambah dengan jumlah taksiran kerugian piutang hasil perhitungan.
Langkah ketiga:
Kasus I
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan kredit Rp 2.150,00, maka tidak perlu ayat jurnal penyesuaian.
Kasus II
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan kredit Rp 2.000,00, maka tidak ayat jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2005 Des 31 Beban Kerugian Piutang Penyisihan Ker. Piutang 150 150
Jika jurnal ini diposting ke Buku Besar maka rekening Cadangan akan tampak sebagai berikut:
Penyisihan/Cadangan Kerugian Piutang
Tgl Uraian Jumlah Tgl Uraian Jumlah



Des 31
2.000



31 AJP 150
Beban Kerugian Piutang
Tgl Uraian Jumlah Tgl Uraian Jumlah
Des 31 AJP 150








Kasus III
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan kredit Rp 3.000,00, maka tidak ayat jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2005 Des 31 Penyisihan Ker. Piutang Beban Kerugian Piutang 850 850
Jika jurnal ini diposting ke Buku Besar maka rekening Cadangan akan tampak sebagai berikut:
Penyisihan/Cadangan Kerugian Piutang
Tgl Uraian Jumlah Tgl Uraian Jumlah
31 AJP 850 Des 31
3.000






Beban Kerugian Piutang
Tgl Uraian Jumlah Tgl Uraian Jumlah



Des 31 AJP 850






Kasus IV
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan debet Rp 1.000,00, maka tidak ayat jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2005 Des 31 Beban Kerugian Piutang Penyisihan Ker. Piutang 3.150 3.150
Jika jurnal ini diposting ke Buku Besar maka rekening Cadangan akan tampak sebagai berikut:
Penyisihan/Cadangan Kerugian Piutang
Tgl Uraian Jumlah Tgl Uraian Jumlah
Des 31
1.000 Des 31 AJP 3.150






Beban Kerugian Piutang
Tgl Uraian Jumlah Tgl Uraian Jumlah
Des 31 AJP 3.150








  1. Penyajian di Neraca
    Piutang di sajikan di neraca sebesar nilai realisasinya. Nilai ini adalah jumlah yang akan diterima berupa nilai nominal dikurangi denan taksiran kerugian piutang yang telah dibentuk dan disesuaikan setiap akhir tahun. Dengan demikian jumlah tersebut merupakan jumlah yang diharapkan dapat ditagih.
    Dengan data di atas, Neaca PT ABC akan tampak sebagai berikut:
    PT ABC
    Neraca
    31 Desember 2005
Harta Lancar:
Kas                                    xx
Piutang                    Rp 12.000,00
Penyisihan Kerugian Piutang        (Rp 2.150,00)        Rp 9.850,00
Kadangkala perusahaan memberikan potongan tunai dan kesempatan untuk mengembalikan barang (retur penjualan). Jika perusahaan telah menjual barang dengan syarat di atas, maka ada kemungkinan pembeli akan membayar dalam masa diskon atau bahkan pembeli dapat saja mengembalikan barang ke perusahaan. Agar perusahaan dapat menyajikan nilai piutang sebesar nilai realissi, maka pada akhir tahun perusahaan membuat jurnal untuk mengakui retur dan pemberian potongan penjualan walaupun belum terjadi retur dan pemberian potongan tunai penjualan. Jurnal itu juga dmaksudkan untuk mengurangi nilai piutang sehingga nilai yang disajikan adalah sebesar nilai yang dapat direalisir. Misalkan pada akhir tahun 2005 diperkirakan bahwa debitur akan membayar dengan diskon Rp 20,00 dan melakukan retur Rp 100,00, maka perusahaan pada tanggal 31 Desember 2005 akan membuat jurnal:
Tgl. Akun Debet Kredit
2005 Des 31 Potongan Tunai Penjualan Cadangan Pot. Tunai Penjualan 20 20
Retur Penjualan Cadangan Retur Penjualan 100 100
PT ABC
Neraca
31 Desember 2005
Harta Lancar:
Kas                                    xx
Piutang                        Rp 12.000,00
Cadangan Pot Tunai & Retur    Rp 120,00
Penyisihan Kerugian Piutang    Rp 2.150,00    (Rp 2.270,00)     Rp 9.730

Tidak ada komentar:

Posting Komentar